Indonesia memiliki slogan yang begitu indah didengar dan begitu merdu tatkala slogan itu dinyanyikan dan diiringi dengan alunan musik khas negeri pertiwi. Hamparan lautan dan deretan pulau yang indah menambah keindahan nusantara tatkala di kamera satelit melintasi garis khatuliswa diatas langit Indonesia. Berbagai suku, bahasa, adat, ras, dan keberagaman lainnya menghiasi keindahan yang tiada tara dan memang pantas memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang walaupun terhalang lautan dan pegunungan tidak membatasi nasionalisme untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang berada tepat digaris khatulistiwa begitu indah dengan iklim dan tropisnya, dimana setiap musim memiliki ciri dan karakter yang khas.
"Tongkat kayu dan batu jadi tanaman" salah satu syair penyanyi legendaris adalah sebuah gambaran betapa Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki tanah yang subur sehingga beraneka ragam tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh dengan bunga-bunganya yang begitu memikat. Hasil bumi yang berlimpah menjadikan negeri ini menjadi sosok perawan yang kecantikannnya tiada tara, memiliki tubuh yang begitu indah dan senyuman yang mempesona.
Sebuah negara yang memiliki masyarakat yang ramah, murah senyum, saling tenggang rasa, tolong menolong dan memegang prinsip gotong royong. Sehingga "gemah ripah loh jinawi, sepi ing pamrih rame ing gawe" sempat menjadi ikon Indonesia yang dikenal masyarakat dunia.
Negeri yang begitu indah dan mempesona, negeri yang menawan dan menarik hati siapapun yang singgah ditanah nusantara sehingga tak pelak negara-negara penjelajah sempat betah tinggal diindonesia hingga berabad-abad lamanya. Begitulah Indonesia, negeri yang memang sangat cantik dan mempesona, sebuah gambaran surga yang diidam-idamkan oleh seluruh umat manusia.
Akan tetapi kini semua itu hanyalah sebuah dongeng sang ibu ketika hendak menidurkan anaknya tercinta, itu semua hanyalah pengantar yang indah pada sebuah mata pelajaran disekolah, itu semua hanyalah sebuah bayangan semu yang sering terlitas dalam angan-angan dan semua itu hanyalah sebuah slogan yang dikumandangkan tatkala ada turis mancanegara hendak mengunjungi negeri dimana gajah mada pernah beridiri ini.
Negeri ini kini menjadi sosok nenek tua yang keriput, rapuh, berambut putih, berkebaya lusuh dan penuh dengan ketidakberdayaan. Negeri ini menjadi kumpulan masyarakat barbar yang sudah tidak mengenal lagi belas kasihan dan tidak lagi memiliki nurani. Negeri ini menjadi tempat berkumpulnya manusia yang begitu gemar berperang dengan saudara. Negeri ini menjadi tempat berkumpulnya bandit-bandit yang mencuri uang dibalik seragam kekuasaannya. Negeri ini menjadi gambaran neraka yang begitu menyeramkan tatakala orang asing menginjakkan kaki dimana burung garuda bertengger.
Keserakahan mewarnai sebagian besar penduduk bumi pertiwi, hutan-hutan digunduli, beraneka lahan tambang diperluas, eksploitasi alam yang tak kenal batas. Pencuri-pencuri berpendidikan berkeliaran di gedung-gedung abdi rakyat, gedung peradilan, gedung keamanan, dan gedung sekolah. Keserakahan yang bergitu mendarah daging dan menelurkan sebuah penyakit yang menular dan melahirkan sifat-sifat picik dan licik.
Ketidakadilan menjadi sebuah impian bagi orang-orang yeng merindukan hidup dalam neraca kehidupan, keadilan hanya menjadi milik orang-orang yang memiliki segudang uang dan hanya milik mereka yang duduk dalam kekuasaan.
Kemanusiaan menjadi sifat yang langka dinegeri ini, sebagian besar masyarakat lebih senang mengubah dirinya menjadi binatang, dimana sudah tidak lagi mengenal kata kompromi dan musyawarah. Tawuran antar pelajar dan mahasiswa, pertikaian antar warga, perebutan lahan adalah sebuah gambaran dimana manusia dinegeri ini lebih tentram dan bangga mengadopsi sifat dan karakter binatang dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Rasanya sudah tidak bisa terbayang dan tidak sanggup lagi menggambarkan betapa hancur dan terpuruknya peradaban negeri tercinta ini. Walaupun alam sudah berkali-kali memberikan peringatan tapi memang kebanyakan penduduk negeri ini sudah buta dan tuli sehingga betapa pun hebatnya tsunami menghempaskan negeri serambi mekkah, lapindo yang menenggelamkan sidoarjo, situ gintung yang menyisakan pilu, banjir besar yang melanda hampir diseluruh daerah dan tanah longsor yang kerap terjadi tatkala hujan tiba, gempa yang tiada hentinya berputar mengelilingi perairan Indonesia tidak pernah sedikitpun manusia dibumi pertiwi ini berfikir dan sejenak merenungi diri akan setiap kejadian yang menimpa negeri ini.
Sebagian besar penduduk negeri ini sudah tidak layak lagi disebut manusia terutama bagi orang-orang yang gemar dan bangga perang dengan saudaranya, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, tawuran antarwarga, mencuri (korupsi) uang negara atau merampok uang rakyat, menggunduli hutan sembarangan, mengadu domba saudara-saudaranya karena sudah tidak lagi memiliki hati yang mampu melihat dan mendengarkan isyarat alam dan isyarat Tuhan sang pencipta. Karena perbedaan antara manusia dan binatang hanya terletak pada nurani.
Sebagai makhluk yang mengaku beragama cobalah untuk merenungi diri sebagai manusia yang telah Tuhan ciptakan untuk mengelola dan tinggal dibumi ini, maka jadilah manusia dan jangan biarkan diri ini menjadi lebih rendah dari binatang.
Untuk orang-orang Indonesia yang mengaku dirinya beragama Islam dan memang menjadi mayoritas dinegeri ini, renungi ayat Al qur;an dibawah ini :
(7. Al A'raaf 179) " Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.. "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar