Rabu, 09 Juni 2010

Human error..!!!!

Indonesia memiliki slogan yang begitu indah didengar dan begitu merdu tatkala slogan itu dinyanyikan dan diiringi dengan alunan musik khas negeri pertiwi. Hamparan lautan dan deretan pulau yang indah menambah keindahan nusantara tatkala di kamera satelit melintasi garis khatuliswa diatas langit Indonesia. Berbagai suku, bahasa, adat, ras, dan keberagaman lainnya menghiasi keindahan yang tiada tara dan memang pantas memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang walaupun terhalang lautan dan pegunungan tidak membatasi nasionalisme untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang berada tepat digaris khatulistiwa begitu indah dengan iklim dan tropisnya, dimana setiap musim memiliki ciri dan karakter yang khas.
"Tongkat kayu dan batu jadi tanaman" salah satu syair penyanyi legendaris adalah sebuah gambaran betapa Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki tanah yang subur sehingga beraneka ragam tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh dengan bunga-bunganya yang begitu memikat. Hasil bumi yang berlimpah menjadikan negeri ini menjadi sosok perawan yang kecantikannnya tiada tara, memiliki tubuh yang begitu indah dan senyuman yang mempesona.
Sebuah negara yang memiliki masyarakat yang ramah, murah senyum, saling tenggang rasa, tolong menolong dan memegang prinsip gotong royong. Sehingga "gemah ripah loh jinawi, sepi ing pamrih rame ing gawe" sempat menjadi ikon Indonesia yang dikenal masyarakat dunia.
Negeri yang begitu indah dan mempesona, negeri yang menawan dan menarik hati siapapun yang singgah ditanah nusantara sehingga tak pelak negara-negara penjelajah sempat betah tinggal diindonesia hingga berabad-abad lamanya. Begitulah Indonesia, negeri yang memang sangat cantik dan mempesona, sebuah gambaran surga yang diidam-idamkan oleh seluruh umat manusia.
Akan tetapi kini semua itu hanyalah sebuah dongeng sang ibu ketika hendak menidurkan anaknya tercinta, itu semua hanyalah pengantar yang indah pada sebuah mata pelajaran disekolah, itu semua hanyalah sebuah bayangan semu yang sering terlitas dalam angan-angan dan semua itu hanyalah sebuah slogan yang dikumandangkan tatkala ada turis mancanegara hendak mengunjungi negeri dimana gajah mada pernah beridiri ini.
Negeri ini kini menjadi sosok nenek tua yang keriput, rapuh, berambut putih, berkebaya lusuh dan penuh dengan ketidakberdayaan. Negeri ini menjadi kumpulan masyarakat barbar yang sudah tidak mengenal lagi belas kasihan dan tidak lagi memiliki nurani. Negeri ini menjadi tempat berkumpulnya manusia yang begitu gemar berperang dengan saudara. Negeri ini menjadi tempat berkumpulnya bandit-bandit yang mencuri uang dibalik seragam kekuasaannya. Negeri ini menjadi gambaran neraka yang begitu menyeramkan tatakala orang asing menginjakkan kaki dimana burung garuda bertengger.
Keserakahan mewarnai sebagian besar penduduk bumi pertiwi, hutan-hutan digunduli, beraneka lahan tambang diperluas, eksploitasi alam yang tak kenal batas. Pencuri-pencuri berpendidikan berkeliaran di gedung-gedung abdi rakyat, gedung peradilan, gedung keamanan, dan gedung sekolah. Keserakahan yang bergitu mendarah daging dan menelurkan sebuah penyakit yang menular dan melahirkan sifat-sifat picik dan licik.
Ketidakadilan menjadi sebuah impian bagi orang-orang yeng merindukan hidup dalam neraca kehidupan, keadilan hanya menjadi milik orang-orang yang memiliki segudang uang dan hanya milik mereka yang duduk dalam kekuasaan.
Kemanusiaan menjadi sifat yang langka dinegeri ini, sebagian besar masyarakat lebih senang mengubah dirinya menjadi binatang, dimana sudah tidak lagi mengenal kata kompromi dan musyawarah. Tawuran antar pelajar dan mahasiswa, pertikaian antar warga, perebutan lahan adalah sebuah gambaran dimana manusia dinegeri ini lebih tentram dan bangga mengadopsi sifat dan karakter binatang dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Rasanya sudah tidak bisa terbayang dan tidak sanggup lagi menggambarkan betapa hancur dan terpuruknya peradaban negeri tercinta ini. Walaupun alam sudah berkali-kali memberikan peringatan tapi memang kebanyakan penduduk negeri ini sudah buta dan tuli sehingga betapa pun hebatnya tsunami menghempaskan negeri serambi mekkah, lapindo yang menenggelamkan sidoarjo, situ gintung yang menyisakan pilu, banjir besar yang melanda hampir diseluruh daerah dan tanah longsor yang kerap terjadi tatkala hujan tiba, gempa yang tiada hentinya berputar mengelilingi perairan Indonesia tidak pernah sedikitpun manusia dibumi pertiwi ini berfikir dan sejenak merenungi diri akan setiap kejadian yang menimpa negeri ini.
Sebagian besar penduduk negeri ini sudah tidak layak lagi disebut manusia terutama bagi orang-orang yang gemar dan bangga perang dengan saudaranya, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, tawuran antarwarga, mencuri (korupsi) uang negara atau merampok uang rakyat, menggunduli hutan sembarangan, mengadu domba saudara-saudaranya karena sudah tidak lagi memiliki hati yang mampu melihat dan mendengarkan isyarat alam dan isyarat Tuhan sang pencipta. Karena perbedaan antara manusia dan binatang hanya terletak pada nurani.

Sebagai makhluk yang mengaku beragama cobalah untuk merenungi diri sebagai manusia yang telah Tuhan ciptakan untuk mengelola dan tinggal dibumi ini, maka jadilah manusia dan jangan biarkan diri ini menjadi lebih rendah dari binatang.

Untuk orang-orang Indonesia yang mengaku dirinya beragama Islam dan memang menjadi mayoritas dinegeri ini, renungi ayat Al qur;an dibawah ini :
(7. Al A'raaf 179) " Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.. "

Selasa, 08 Juni 2010

Nasihat dari sebatang pohon pisang.

Ada sebuah pepatah klasik yang berkembang dikalangan para pecinta berkelana dialam rimba, "dimana ada pohon pisang, disitu akan ada sebuah perkampungan". Entah berasal dari mana pepatah itu ada, namun tidak bisa dipungkiri bahwa disetiap berkumpulnya manusia dalam sebuah kampung atau desa tidak bisa terlepas dari kegiatan bercocok tanam yang salah satunya adalah menanam pohon pisang.

Sebuah anekdot kuno mengatakan bahwa pisang adalah makanan pokok binatang yang menurut darwin adalah nenk moyangnya manusia, jadi kesimpulan kasar menyebutkan bahwa hanya binatang monyet atau kera yang mengkonsumsi buah pisang.

Sebagai manusia yang memiliki nurani dan akal tentu saja akan menolak anekdot kuno tersebut, karena tidak ada monyet atau kera yang menanam pohon pisang. Dan kalau memang kera adalah nenek moyang manusia, kenapa kera tidak lebih pintar dari manusia. Mengenai teori Darwin biar anda sendiri yang memberikan tanggapan dan kesimpulannya.

Kembali membahas masalah "pohon pisang". Sebatang pohon yang tidak berbeda jauh dengan pohon lainnya karena memiliki struktur yang hampir sama. Diantaranya pisang juga memiliki akar, batang dan daun. Akan tetapi yang membedakan hanyalah dari segi bentuk dan buah yang dihasilkan sehingga memberikan ciri khas tersendiri dari pohon pisang.

Pohon pisang adaah bagian dari maha karya Sang Pencipta yang disediakan untuk kebutuhan manusia yang menjalani kehidupan yang singkat di bumi tercinta. Strukturnya yang lengkap dan manfaat yang lengkap pula, mulai dari akar (bongol) yg bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat keripik, batang yang bisa digunakan sebagai media untuk menumbuhkan mikroba pada proses penggemukan belut, daun yang bisa digunakan untuk membungkus nasi dan pepes, serta buahnya yang bisa di pergunakan untuk membuat beraneka macam makanan ringan diantaranya keripik, selai dan lain-lain, atau bisa juga dikonsumsi secara langsung apabila buahnya sudah matang.

Ada sisi pelajaran yang penuh dengan kebijaksananaan dan kearifan yang tertanam dalam tumbuhnya sebatang pohon pisang. Pelajaran ini yang paling mahal ketimbang batang, daun dan buahnya yang biasa kita jadikan sumber penghasilan. Sebuah ilmu yag sengaja Tuhan selipkan agar manusia yang memiliki alat pikir akan mampu memahami ilmu yang tergambar dari perjalanan hidup sebatang pohon pisang.

Kita lihat dari proses awal penanaman sebatang pohon pisang, dia akan tumbuh secara alami tanpa harus disedikan pupuk baik itu organik maupun anorganik, dia tidak butuh disiram dengan air pagi dan sore. Semangat juangnya yang tinggi yang harus kita teladani, dia tidak akan pernah berhenti berjuang (mati) sebelum mampu menghasilkan buah walaupun setiap saat batangnya kita tebas. Dia akan terus tumbuh dan tumbuh sehingga mampu mencapai tujuannya menyisakan buah yang segar dan siap untuk dipanen. Sebab ketika telah sampai tugasnya menghantarkan buah dan telah mencapai matang, maka tidak dapat dihindari pohon itu akan mati dengan sendirinya. Tidak hanya itu, kearifan dari sebatang pohon pisang selalu meninggalkan benih / anak disekelilingnya sebelum kebinasaan menghampirinya.

Hanya Tuhan yang maha perkasa yang mampu menciptakan sistem kehidupan dari sebatang pohon pisang. Dan tentu saja sebagai manusia yang lebih tinggi derajatnya dari seekor binatang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi buah pisang sebagai makanan pokoknya kita harus bisa mengambil banyak pelajaran yang ditinggalkan Tuhan pada sebatang pohon pisang. Sisi kesederhanaan, sisi kearifan dan kebijaksanaan, sisi sosial yang tinggi, kasih dan sayangnya yang tulus dan terus mempertahankan kelangsungan hidup bagi penerusnya.

Minggu, 06 Juni 2010

Perubahan

Setelah sekian lama terpaku menatap masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. saatnya untuk berusaha membuka diri, berbagi rasa dan buah pemikiran yang akan membawa kita pada perubahan paradigma yang signifikan.
Masyarakat dunia dan terutama masyrakat indonesia butuh perubahan disegala bidang yang terutama dari paradigma yang subjektif menjadi pola pemikiran yang bersifat objektif.
Bila semua umat manusia mau untuk berfikir objektif, maka perubahan akan segera terjadi serahap demi setahap. Merapatkan barisan, menyamakan visi dan misi serta memahami eksistensi diri sebagai manusia seutuhnya.

So..
saatnya untuk berfikir,...
saatnya untuk belajar dan mengaplikasikannya...
saatnya untuk berubah...